Teks Debat: Pengertian, Sejarah, Struktur, Mosi, Kaidah, Unsur Dan Contohnya

Posted on

Teks Debat – Teks debat, sebuah karya sastra yang tak hanya mengasah kemampuan berbicara, tetapi juga menghadirkan seni tersendiri dalam dunia retorika. Dalam tulisan ini, kita akan menjelajahi pengertian teks debat, menggali kedalaman maknanya, dan mengapresiasi keindahan dalam percakapan argumentatif. Mari kita memulai perjalanan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang konsep ini.

Pengertian Teks Debat

Pengertian teks debat pada dasarnya adalah sebuah teks yang dirancang untuk memaparkan pendapat atau argumen dari dua sisi yang berbeda terkait dengan suatu topik atau isu tertentu. Di dalamnya terkandung esensi dari perdebatan dan pertukaran gagasan yang cermat dan sistematis. Teks debat bukan hanya sekadar perbincangan biasa, melainkan sebuah seni yang menggabungkan beragam elemen seperti logika, retorika, dan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu.

Sejarah Teks Debat

Untuk memahami lebih dalam pengertian teks debat, kita perlu melihat ke masa lalu. Sejarahnya mengarah pada zaman Yunani kuno, di mana debat menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat. Tokoh-tokoh seperti Aristoteles telah memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan teori debat. Mereka memandang debat sebagai sarana untuk mengasah akal dan memperdalam pemahaman.

Struktur Teks Debat

Teks debat memiliki struktur yang khas. Dalam konteks ini, kita akan mengulas struktur umum yang sering digunakan dalam penyusunan teks debat.

Pembukaan

Pembukaan teks debat haruslah menarik perhatian pembaca sekaligus mengenalkan topik yang akan diperdebatkan. Biasanya, dalam bagian ini, para penulis akan menyajikan latar belakang isu dan mengemukakan pernyataan tesis yang akan mereka bela atau tolak.

Pembahasan Argumen

Bagian ini adalah inti dari teks debat. Di sini, penulis akan menyajikan argumen-argumen mereka secara sistematis. Dua sisi yang berbeda akan menyampaikan pendapat masing-masing dengan logika dan bukti-bukti yang mendukung. Hal ini memerlukan kemampuan analisis yang tinggi serta penguasaan terhadap materi yang diperdebatkan.

Refutasi

Setelah argumen disampaikan, teks debat biasanya mencakup bagian refutasi. Di sini, penulis akan merespons argumen lawan dengan mengungkapkan kelemahan atau ketidakvalidan argumen tersebut. Ini adalah langkah penting dalam menjaga kredibilitas dan kekuatan argumen.

Kesimpulan

Kesimpulan teks debat adalah penutup yang kuat. Penulis akan merangkum argumen-argumen utama yang telah disampaikan dan menegaskan kembali tesis mereka. Kesimpulan juga bisa digunakan untuk mengajak pembaca untuk merenungkan lebih dalam tentang topik yang diperdebatkan.

Unsur Teks Debat

Jika harus di sebutkan unsur-unsur dalam teks debat, maka berdasarkan pendapat Tim Kemdikbud (2017, hlm. 206) unsur debat adalah sebagai berikut.

  • Mosi, adalah permasalahan yang diperdebatkan dan dapat diketahui dari judul atau pendapat yang disampaikan pihak-pihak yang berdebat.
  • Tim afirmasi, merupakan pihak yang setuju terhadap mosi atau permasalahan yang diperdebatkan.
  • Tim oposisi, adalah pihak yang menentang atau tidak setuju terhadap permasalahan yang diperdebatkan (mosi).
  • Tim netral, merupakan penonton atau juri yang diundang dalam debat.
  • Moderator, adalah pihak yang mengatur perdebatan mulai dari batas waktu yang diberikan untuk kedua belah pihak dalam menyampaikan pendapatnya dan memastikan pertanyaan dan pendapat tetap pada topik atau mosi (tidak keluar jalur).
  • Penulis (Notulen), Notulen adalah penulis jalannya debat yang bertugas mencatat segala hal yang berlangsung pada debat, di antaranya: mosi debat, pernyataan-pernyataan moderator, argumen masing-masing pihak hingga hasil keputusan akhir.
Baca Juga :  Majas Metafora

Kaidah Kebahasaan Teks Debat

Menurut Tim Kemdikbud (2019, hlm. 198) ragam bahasa yang banyak digunakan dalam teks debat adalah kaidah kebahasaan ilmiah yang harus memenuhi ciri berikut ini.

  • Sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukkan kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
  • Ide yang diungkapkan harus benar sesuai dengan fakta dan dapat diterima akal sehat (logis), harus tepat, dan hanya memiliki satu makna, padat, langsung menuju sasaran, runtun dan sistematis dan tersaji sebagai kalimat efektif.
  • Kata yang dipilih memiliki makna sebenarnya (denotatif).

Selain itu, karena debat merupakan salah satu turunan teks eksposisi, maka sebagian kaidah kebahasaan teks eksposisi pun berlaku, meliputi:

  • Menggunakan kata peristilahan atau kata teknis yang berkenaan dengan topik pembahasan;
  • Banyak enggunakan kata-kata (konjungsi) yang menunjukkan hubungan argumentasi atau kausalitas. Misalnya: sebab, karena, jika, dengan demikian, oleh karena itu, akibatnya;
  • Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verba), seperti: memprihatinkan, diharapkan, memperkirakan, menduga, berasumsi, menyimpulkan, berpendapat, dan mengagumkan;
  • Kaya akan kata-kata perujukan seperti: menurut pendapat, berdasarkan data, merujuk pada pendapat;
  • Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: diharapkan, sebaiknya, hendaklah, perlu, harus. Selain itu (Tim Kemdikbud, 2017, hlm.81).

Seni dalam Teks Debat

Selain berfungsi sebagai wadah untuk mengemukakan pendapat, teks debat juga mengandung unsur seni yang menarik. Ini terlihat dalam penggunaan bahasa yang efektif, gaya penulisan yang kreatif, dan kemampuan untuk memikat audiens. Seni dalam teks debat melibatkan:

  • Retorika: Penggunaan kata-kata yang persuasif untuk memengaruhi pendapat pembaca atau pendengar.
  • Istilah Khusus: Penggunaan terminologi yang jarang digunakan untuk meningkatkan keaslian teks debat.
  • Penggunaan Alegori: Menggunakan kisah atau metafora untuk menyampaikan pesan dengan lebih kuat.
  • Ritme Bahasa: Menggunakan ritme dalam kalimat dan paragraf untuk menciptakan efek dramatis.
  • Imajinasi: Membiarkan imajinasi berjalan liar dalam mengembangkan argumen.

Teks Debat dalam Berbagai Konteks

Pengertian teks debat tidak hanya terbatas pada lingkup akademis atau politik. Ini juga dapat ditemui dalam berbagai konteks lain, seperti:

Seni Pertunjukan

Teks debat seringkali menjadi bagian dalam seni pertunjukan. Dalam teater atau film, karakter-karakter dapat terlibat dalam perdebatan yang memukau untuk menggerakkan plot.

Jurnalisme

Dalam dunia jurnalisme, editorial dan opini sering mengambil bentuk teks debat. Penulis mengemukakan pandangan mereka tentang suatu isu dan seringkali merespons argumen orang lain.

Lingkungan Pendidikan

Di lingkungan pendidikan, teks debat menjadi instrumen pembelajaran yang efektif. Siswa diajak untuk berpikir kritis, menyusun argumen, dan berbicara dengan percaya diri.

Tantangan dalam Menulis Teks Debat

Menulis teks debat bukanlah tugas yang mudah. Ini adalah tantangan yang memerlukan dedikasi dan pemahaman mendalam tentang topik yang diperdebatkan. Beberapa tantangan yang sering dihadapi penulis teks debat meliputi:

  • Penelitian Mendalam: Untuk menyusun argumen yang kuat, penulis perlu melakukan penelitian yang mendalam tentang topik yang akan diperdebatkan.
  • Kemampuan Analisis: Penulis harus mampu menganalisis argumen secara objektif dan menemukan kelemahan dalam argumen lawan.
  • Kemampuan Persuasi: Menggunakan bahasa dan logika persuasif untuk mengajak pembaca atau pendengar untuk mendukung tesis yang diajukan.
  • Keberanian Berbicara di Depan Umum: Bagi mereka yang mementingkan aspek pertunjukan, berbicara di depan umum adalah tantangan tersendiri.

Contoh Teks Debat

Contoh teks debat lengkap yakni berupa teks moderator dan rangkaian pelaksanaan debat beserta unsurnya. Berikut adalah salah satu contoh teks debat menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 179).

Baca Juga :  Argumentasi: Pengertian, Ciri, Tujuan, Unsur, Jenis, Tahapan dan Contohnya

Penyerapan Kosakata Bahasa Asing Bukti Ketidakmampuan Bahasa Indonesia dalam Interaksi dengan Bahasa Lain

Teks Moderator Debat

Selamat siang, Siang ini kita akan mengikuti kegiatan debat antara Tim Afirmasi dari SMA Pembangunan Jaya, Tim Oposisi dari SMK Nusantara, serta Tim Netral dari MA Al-Ikhlas.

Pagi ini kedua tim akan berdebat tentang “Penyerapan Kosakata Bahasa Asing Bukti Ketidakmampuan Bahasa Indonesia dalam Interaksi dengan Bahasa Lain.”

Sebelum melaksanakan debat, saya akan membacakan tata tertib debat sebagai berikut.

  • Tata Tertib ini berlaku bagi setiap peserta selama babak pertandingan berlangsung.
  • Peserta mengenakan seragam lengkap selama kegiatan debat berlangsung.
  • Mosi diumumkan tiga puluh menit (30 menit) sebelum debat berlangsung untuk mempersiapkan argumentasi.
  • Selama tiga puluh menit (30 menit) waktu persiapan tersebut peserta tidak diperbolehkan mengakses internet maupun menggunakan alat elektronik dan hanya diperkenankan menggunakan bahan-bahan materi printed seperti buku, koran, majalah, jurnal, catatan pribadi, dsb.
  • Peserta tidak diperbolehkan membawa bahan-bahan materi printed saat pertandingan berlangsung. Peserta hanya diperbolehkan membawa catatan pribadi selama pertandingan berlangsung.
  • Setiap peserta dilarang membawa dan/atau menggunakan rokok, narkotika, minuman keras, senjata tajam atau senjata api selama kegiatan Lomba Debat berlangsung.
  • Setiap peserta dilarang berkomunikasi dengan guru atau penonton selama pertandingan berlangsung.
  • Setiap peserta dilarang menggunakan alat elektronik seperti laptop, telepon genggam, kamera, selama pertandingan berlangsung.
  • Setiap peserta dilarang melakukan serangan secara pribadi terhadap peserta lainnya selama pelaksanaan debat.
  • Setiap peserta dilarang menggunakan bahasa kasar, tidak senonoh dan/atau menyinggung SARA.

Selanjutnya, saya berikan kesempatan kepada juru bicara setiap tim untuk memperkenalkan diri.

Tim Afirmasi : (memperkenalkan diri)

Tim Oposisi : (memperkenalkan diri)

Tim Netral : (memperkenalkan diri)

Mosi (Dibacakan Moderator)

Dewasa ini bahasa Indonesia terus berkembang dan mulai diakui sebagai bahasa internasional. Namun, dalam perkembangannya terbukti bahwa bahasa Indonesia banyak menyerap kosakata asing. Untuk berkembang, bahasa Indonesia sangat tergantung pada bahasa asing. Bahkan, ada yang beranggapan bahwa kosakata bahasa asing masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa.

Anggapan inilah yang akan kita bahas dalam debat kali ini. Untuk putaran pertama saya persilakan secara bergantian Tim Afirmasi, Tim Oposisi, dan Tim Netral untuk menyampaikan pendapatnya.

Tim Afirmasi:

Saya setuju bahwa kosakata bahasa asing masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa. Bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Peranan bahasa asing dalam bahasa Indonesia membuktikan adanya kontak atau hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia mengandalkan kosakata asing yang kemudian dibakukan menjadi bahasa Indonesia. Hal tersebut membuktikan bahwa bahasa Indonesia tergantung pada bahasa asing, juga menjadi bukti bahwa bahasa Indonesia sulit untuk dipakai berkomunikasi tanpa bantuan kosakata asing.

Dengan masuknya kosakata bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia semakin banyak orang yang mampu berkomunikasi dengan baik sehingga proses transfer ilmu pengetahuan berjalan dengan cepat. Bukti bahwa bahasa Indonesia tidak berdaya untuk berinteraksi antarbahasa dapat kita lihat pada penggunaan kata vitamin, yang diserap dari kosakata bahasa asing yang jika dijelaskan dengan bahasa Indonesia belum tentu para pelaku bahasa mengerti. Namun dengan adanya kosakata serapan dari bahasa asing, hal tersebut mempermudah kita dalam pelafalan, pemahaman, sekaligus menjadikan interaksi antarbahasa menjadi lebih mudah. Tanpa bantuan bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia, bahasa Indonesia belum mampu menunjukkan eksistensinya dalam interaksi antarbahasa.

Baca Juga :  Kalimat Majemuk: Pengertian, Ciri, Jenis Dan Contohnya

Banyak kosakata serapan dari bahasa asing sehingga peran bahasa Indonesia masih diragukan. Banyak orang yang lebih familiar dengan kosakata serapan dari bahasa asing dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Oleh karena itu, saya tetap setuju bahwa kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia membuktikan ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa.

Tim Oposisi:

Saya tidak setuju jika kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam penggunaan bahasa Indonesia terjadi karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa. Kosakata bahasa asing masuk ke dalam bahasa Indonesia hanya digunakan sebagai persamaan kata yang bagi sebagian orang lebih mudah difahami. Namun, pada intinya dalam bahasa Indonesia itu sendiri, telah ada kosakata yang berkaitan dengan kosakata asing tersebut. Misalnya, kata snack yang lebih sering kita dengar di kalangan masyarakat. Dalam bahasa Indonesia, snack berarti makanan ringan. Dengan demikian, masuknya kosa kata asing hanya sebagai variasi kata bagi sebagian kalangan.

Bahasa Indonesia mampu untuk berinteraksi antarbahasa karena memiliki banyak variasi kosakata. Kosakata bahasa asing hanya digunakan dan dimengerti bagi kalangan tertentu saja. Namun, bahasa Indonesia dimengerti dan digunakan di hampir semua kalangan. Itu artinya, meskipun banyak kosa kata bahasa asing yang masuk ke dalam bahasa Indonesia, eksistensi dari bahasa Indonesia lebih tinggi dibandingkan dengan kosakata bahasa asing yang telah dibakukan maupun yang belum dibakukan kedalam bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia mampu berinteraksi dengan bahasa lain tanpa bantuan dari kosakata bahasa asing dan masuknya kosakata bahasa asing bukan disebabkan karena ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antar bahasa. Namun, hal ini terjadi karena masyarakat yang ingin selalu merasa berpendidikan tinggi dan merasa terhormat jika menggunakan kosakata bahasa asing. Dengan demikain, saya tetap tidak setuju jika kosakata bahasa asing yang masuk ke dalam penggunaan bahasa asing menunjukkan ketidakberdayaan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa.

Tim Netral

Saya sebagai pihak netral berpendapat bahwa kemampuan bahasa Indonesia dalam interaksi antarbahasa dapat diwujudkan jika porsi penggunaan bahasa Indonesia seimbang dengan kosakata bahasa asing. Apabila seseorang menggunakan bahasa asing yang telah dibakukan seperti pada kata atom, vitamin, unit. Tentunya ini bukan merupakan masalah karena bahasa asing itu sudah menjadi padanan dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, apabila pengguna bahasa Indonesia menggunakan bahasa asing yang belum dibakukan, ini menjadi suatu ancaman terhadap bahasa kita tercinta ini. Penggunaan kosakata asing dalam bahasa Indonesia tidak selalu diidentikkan dengan dampak negatif karena terselip hal positif, yakni dapat mempermudah kegiatan berkomunikasi, khususnya dalam tuturan yang di dalamnya terdapat bahasa asing yang terasa lebih akrab di telinga dibandingkan dengan padanan bahasa Indonesianya.

Namun, diharapkan adanya sosialisasi terhadap padanan bahasa Indonesia secara intensif agar identitas kosakata pada bahasa Indonesia tidak terkikis oleh kosakata dari bahasa asing. Kelak, diharapkan tidak lagi terdapat wacana bahwa kosakata bahasa asing lebih akrab di telinga para pengguna bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Indonesia sendiri.

Kesimpulan

Dalam pengertian teks debat, kita menemukan lebih dari sekadar perdebatan. Ini adalah bentuk seni yang memadukan logika, bahasa, dan retorika untuk mengkomunikasikan ide-ide dengan kekuatan dan keindahan. Dalam berbagai konteks, teks debat menghadirkan kesempatan untuk berbicara, berpikir, dan merenung secara mendalam. Tidak hanya sekadar alat komunikasi, tetapi juga ekspresi diri yang kreatif dan penuh makna.