Kritik dan Esai Adalah: Pengertian, Ciri, Struktur, Kaidah Kebahasaan, Cara Membuat dan Contohnya

Posted on

Kritik Dan Esai Adalah – Kritik dan esai ialah dua jenis tulisan yang hampir sama karena keduanya sama-sama mengungkapkan pendapat atau argumen (Kemdikbud, 2017, hlm. 183). Namun menulis kritik dan esai haruslah berdasarkan analisis dan penilaian secara objektif, agar dapat terpercaya dan bukan opini semata. Meskipun hampir sama keduanya tetap memiliki beberapa perbedaan.

Untuk pembahasan kali ini kami akan memberikan ulasan mengenai Kritik Dan Esai yang dimana dalam hal ini meliputi Pengertian Kritik dan Esai, Perbedaan Kritik dan Esai, Sistematika Kritik dan Esai, Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai dan Contoh Kritik dan Esai. Nah agar lebih dapat memahami dan mengerti simak ulasan selengkapnya dibawah ini.

Pengertian Kritik dan Esai

Kritik:

Kritik adalah penilaian atau evaluasi kritis terhadap suatu karya seni, karya sastra, kinerja, atau konsep. Tujuannya adalah memberikan analisis mendalam tentang kelebihan dan kelemahan suatu karya atau gagasan. Kritik dapat dilakukan dalam berbagai bidang, termasuk seni visual, sastra, musik, film, dan lainnya. Kritik dapat bersifat konstruktif, memberikan saran perbaikan, atau bersifat deskriptif, menjelaskan karakteristik suatu karya.

Esai:

Esai adalah suatu bentuk tulisan singkat yang menggambarkan, menganalisis, atau menggambarkan suatu ide atau gagasan. Esai dapat berfokus pada suatu topik tertentu dan memaparkan pandangan atau argumen penulis. Ada berbagai jenis esai, termasuk esai naratif, esai argumentatif, esai ekspositori, dan sebagainya. Esai dapat mencakup pengalaman pribadi, pemikiran filosofis, analisis kritis, atau interpretasi suatu topik. Esai sering kali mencerminkan pemikiran mendalam penulis dan memberikan wawasan tentang pandangan pribadi atau pandangan terhadap suatu hal.

Perbedaan Utama:

Adapun perbedaan utamanya yaitu:

  • Fokus:
    Kritik berfokus pada evaluasi, penilaian, dan analisis kritis terhadap suatu karya atau gagasan.
    Esai memiliki berbagai fokus, dapat mencakup pemikiran pribadi, analisis, narasi, atau argumentasi tergantung pada jenis esai yang ditulis.
  • Tujuan:
    Tujuan kritik adalah memberikan pandangan kritis, mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan, serta memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang suatu karya.
    Tujuan esai dapat bervariasi, mulai dari menyampaikan pengalaman pribadi hingga menyajikan argumen mendalam tentang suatu topik.
  • Gaya Penulisan:
    Kritik sering kali bersifat formal dan objektif, menggunakan bahasa yang kritis dan analitis.
    Esai dapat memiliki gaya penulisan yang lebih bervariasi, tergantung pada jenis esai dan tujuan penulis. Esai naratif dapat bersifat lebih pribadi, sementara esai argumentatif dapat bersifat lebih akademis.
  • Format:
    Kritik dapat mengikuti format tertentu tergantung pada konteksnya, seperti kritik seni, kritik sastra, atau kritik film.
    Esai memiliki banyak format yang berbeda, tergantung pada jenisnya. Esai dapat berbentuk naratif, ekspositori, argumentatif, atau reflektif.

Meskipun kritik dan esai adalah bentuk penulisan yang berbeda, keduanya dapat saling terkait ketika seseorang menulis esai kritis untuk mengeksplorasi atau menilai suatu topik tertentu.

Ciri-Ciri Kritik dan Esai

Ciri-Ciri Kritik:

  • Evaluatif:
    Kritik bersifat evaluatif, memeriksa dan menilai suatu karya, konsep, atau kinerja.
  • Objektif:
    Kritik berusaha untuk bersifat objektif, memberikan analisis yang tidak terpengaruh emosi atau preferensi pribadi penulis kritik.
  • Analitis:
    Kritik melibatkan analisis yang mendalam terhadap kelebihan dan kelemahan suatu karya atau gagasan.
  • Spesifik:
    Kritik sering kali memberikan tanggapan spesifik terhadap elemen-elemen tertentu dalam suatu karya, seperti teknik pengarahan, struktur, atau pesan yang disampaikan.
  • Menggunakan Istilah Khusus:
    Kritik dapat menggunakan istilah dan terminologi khusus yang sesuai dengan bidang atau jenis karya yang dinilai.
  • Tujuan Perbaikan:
    Meskipun kritik dapat bersifat kritis, tujuannya sering kali adalah untuk memberikan wawasan konstruktif dan saran perbaikan.

Ciri-Ciri Esai:

  • Subjektif:
    Esai dapat bersifat subjektif, mencerminkan pemikiran, perasaan, dan pengalaman pribadi penulis.
  • Pendekatan Pribadi:
    Esai dapat menggunakan pendekatan pribadi atau naratif, memperkenalkan pandangan penulis atau cerita pribadi untuk mendukung argumen atau ide.
  • Ekspresif:
    Esai memberikan ruang untuk ekspresi pribadi dan gaya penulisan kreatif.
  • Beberapa Jenis:
    Ada berbagai jenis esai, termasuk esai naratif, esai argumentatif, esai ekspositori, dan sebagainya, yang masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri.
  • Fleksibel dalam Gaya:
    Gaya penulisan esai dapat bervariasi tergantung pada tujuan penulis. Esai bisa formal, informal, akademis, atau lebih santai.
  • Persepsi Subjektif:
    Esai dapat mencakup opini atau pandangan subjektif penulis terhadap suatu topik, bahkan jika ada elemen argumentatif.
  • Tidak Selalu Bersifat Evaluatif:
    Meskipun esai dapat mencakup analisis dan evaluasi, tidak semua esai bersifat evaluatif. Beberapa esai mungkin lebih berfokus pada eksplorasi suatu gagasan daripada penilaian kritis.

Penting untuk diingat bahwa meskipun terdapat perbedaan ciri-ciri ini, ada beberapa tumpang tindih antara kritik dan esai, terutama ketika seseorang menulis esai kritis atau reflektif.

Struktur Kritik dan Esai

Struktur Kritik:

  • Pengantar:
    Identifikasi karya yang akan dikritik dan jelaskan latar belakangnya.
    Sertakan informasi tentang pembuat karya, judul, dan konteks di mana karya tersebut dihasilkan.
  • Tinjauan Umum:
    Berikan tinjauan umum tentang karya tersebut, termasuk tema utama, pesan, atau tujuan pembuat karya.
    Hindari memberikan penilaian terlalu awal, tetapi berikan konteks yang cukup untuk pembaca.
  • Analisis:
    Pisahkan analisis ke dalam bagian-bagian yang spesifik, seperti plot (jika karya adalah film atau buku), karakter, pesan, dan elemen-elemen penting lainnya.
    Identifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing bagian dan berikan dukungan dengan bukti konkret dari karya itu sendiri.
  • Penilaian:
    Berikan penilaian keseluruhan terhadap karya dengan merinci poin-poin positif dan negatif.
    Hindari kesan yang terlalu subyektif dan berikan argumen yang mendukung penilaian Anda.
  • Saran Perbaikan (Opsional):
    Jika relevan, berikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk pembuat karya.
    Fokus pada aspek-aspek yang dapat ditingkatkan tanpa menghilangkan keunikannya.
  • Kesimpulan:
    Ringkaslah analisis dan penilaian Anda.
    Tinjau kembali poin-poin penting yang telah Anda bahas dan tampilkan kesan keseluruhan Anda terhadap karya.
Baca Juga :  Majas Alegori

Struktur Esai:

  • Pengantar:
    Perkenalkan topik atau gagasan yang akan dibahas dalam esai.
    Sajikan pernyataan tesis atau tujuan utama esai.
  • Pengembangan Paragraf:
    Setiap paragraf di dalam tubuh esai harus mendukung pernyataan tesis atau membahas aspek tertentu dari topik.
    Gunakan paragraf untuk mengembangkan ide atau menyajikan bukti dan argumen yang mendukung tesis.
  • Transisi:
    Gunakan kalimat transisi untuk memperlancar perpindahan antarparagraf dan memastikan keterkaitan logis antaride atau argumen.
  • Kontrargumentasi (Opsional):
    Jika relevan, pertimbangkan untuk menyertakan kontrargumentasi dan tanggapan terhadapnya.
    Ini dapat memperkuat kekuatan argumen Anda dan menunjukkan pemahaman yang komprehensif terhadap topik.
  • Kesimpulan:
    Ringkaslah kembali poin-poin utama dan tesis esai.
    Tampilkan kesimpulan atau pemikiran akhir Anda terhadap topik.
  • Ringkasan dan Penutup (Opsional):
    Berikan ringkasan singkat dari argumen utama dan sampaikan pesan terakhir atau pemikiran reflektif.
    Hindari pengulangan secara harfiah dari pengantar atau tubuh esai.

Kedua struktur ini memberikan kerangka kerja yang membantu pembaca mengikuti alur pemikiran Anda dengan jelas dan sistematis. Bagian-bagian tertentu mungkin dapat disesuaikan tergantung pada jenis kritik atau esai yang Anda tulis.

Kaidah Kebahasaan Kritik dan Esai

Kaidah Kebahasaan Kritik:

  • Objektivitas:
    Gunakan bahasa yang objektif dan netral dalam memberikan penilaian terhadap karya. Hindari penggunaan kata-kata yang terlalu emosional atau subjektif.
  • Ketepatan Istilah:
    Gunakan istilah khusus dan teknis yang sesuai dengan bidang karya yang dikritik. Hal ini menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap konteks karya.
  • Analitis:
    Pilih kata-kata yang memungkinkan analisis mendalam terhadap elemen-elemen kritis karya, seperti plot, karakter, tematik, dan lainnya.
  • Pembuktian Konkrit:
    Dukung penilaian Anda dengan bukti konkret dari karya tersebut. Petunjuk spesifik membantu membuktikan klaim dan memberikan landasan yang kuat untuk kritik.
  • Kejelasan Struktur Kalimat:
    Gunakan kalimat yang jelas dan terstruktur dengan baik untuk menyampaikan pemikiran. Hindari kalimat yang terlalu rumit dan sulit dipahami.
  • Kehalusan Bahasa:
    Perhatikan kehalusan bahasa dan tata bahasa. Hindari pengulangan kata-kata yang berlebihan dan pastikan penggunaan tata bahasa yang benar.
  • Gaya Formal:
    Kritik umumnya memerlukan gaya penulisan formal. Gunakan ejaan dan tata bahasa formal sesuai dengan norma kebahasaan.
  • Struktur yang Jelas:
    Pastikan struktur tulisan kritik Anda jelas dan teratur. Gunakan pengantar, pengembangan, dan kesimpulan untuk membentuk alur yang koheren.

Kaidah Kebahasaan Esai:

  • Subjektivitas (Opsional):
    Jika esai bersifat subjektif, gunakan bahasa yang mencerminkan perasaan, pandangan, atau pengalaman pribadi. Jelaskan dengan jujur dan empati.
  • Gaya Pribadi:
    Ciptakan gaya penulisan pribadi yang kreatif dan menggambarkan kepribadian Anda. Hindari kesan monoton dan kaku.
  • Kelancaran Narasi:
    Pastikan narasi atau argumen Anda mengalir dengan lancar. Gunakan kalimat transisi untuk membantu pembaca mengikuti alur pemikiran Anda.
  • Ketepatan Kata:
    Pilih kata-kata yang tepat dan menggambarkan ide atau perasaan secara akurat. Hindari kata-kata ambigu atau meragukan.
  • Variasi Kalimat:
    Varisasikan struktur kalimat untuk membuat tulisan lebih menarik. Gunakan kalimat pendek, panjang, kompleks, dan sederhana untuk menciptakan ritme yang baik.
  • Tata Bahasa Kreatif:
    Jika sesuai dengan genre esai yang Anda tulis, gunakan tata bahasa kreatif atau gaya bahasa khusus untuk menarik perhatian pembaca.
  • Pemikiran Reflektif:
    Sertakan elemen pemikiran reflektif dalam esai. Tinjau kembali atau evaluasi pengalaman atau pandangan Anda terhadap topik yang dibahas.
  • Gaya Formal atau Informal (sesuai jenis esai):
    Sesuaikan tingkat formalitas bahasa sesuai dengan jenis esai dan audiens yang dituju. Esai naratif atau esai pribadi mungkin memungkinkan tingkat informalitas yang lebih besar daripada esai akademis.

Penting untuk diingat bahwa kaidah kebahasaan ini dapat bervariasi tergantung pada jenis kritik atau esai yang Anda tulis serta norma-norma kebahasaan dalam konteks tertentu.

Cara Membuat Kritik dan Esai

Cara Membuat Kritik:

  • Pilih Karya yang Akan Dikritik:
    Tentukan karya seni, buku, film, atau karya lain yang akan Anda kritik. Pastikan Anda memilih karya yang relevan dan menarik bagi pembaca.
  • Lakukan Penilaian Awal:
    Luangkan waktu untuk memahami karya secara menyeluruh sebelum memberikan penilaian. Tinjau elemen-elemen seperti plot, karakter, tema, dan eksekusi keseluruhan.
  • Buat Pengantar yang Menarik:
    Mulailah kritik Anda dengan pengantar yang menarik, mungkin dengan memberikan konteks tentang pembuat karya atau mengungkapkan kesan awal Anda terhadap karya tersebut.
  • Analisis Mendalam:
    Pisahkan analisis ke dalam bagian-bagian yang mencakup elemen-elemen kritis karya, seperti plot, karakter, pesan, dan gaya. Gunakan bukti konkret dari karya untuk mendukung analisis Anda.
  • Penilaian:
    Berikan penilaian keseluruhan terhadap karya tersebut. Tinjau kembali analisis Anda dan berikan argumen yang mendukung penilaian positif atau negatif.
  • Saran Perbaikan (Opsional):
    Jika relevan, berikan saran perbaikan atau rekomendasi yang konstruktif. Hindari kritik tanpa dasar yang tidak memberikan nilai tambah.
  • Kesimpulan yang Kuat:
    Sampaikan kesimpulan yang kuat yang merangkum penilaian Anda dan memberikan ringkasan singkat dari poin-poin utama yang telah Anda bahas.
  • Edit dan Perbaiki:
    Selalu lakukan penyuntingan dan perbaikan sebelum mengirimkan kritik. Pastikan bahasa Anda jelas, tata bahasa benar, dan struktur tulisan terorganisir dengan baik.

Cara Membuat Esai:

  • Pilih Topik yang Menarik:
    Pilih topik atau gagasan yang menarik dan relevan bagi Anda. Pastikan topik tersebut dapat dikembangkan secara mendalam.
  • Buat Rencana atau Outline:
    Susun rencana atau outline untuk esai Anda. Tentukan poin-poin utama dan bagaimana Anda akan mengembangkan setiap bagian.
  • Pengantar yang Menarik:
    Mulailah esai Anda dengan pengantar yang menarik untuk menarik perhatian pembaca. Sertakan teza atau pernyataan tesis yang jelas.
  • Pengembangan Paragraf:
    Setiap paragraf dalam tubuh esai harus mendukung teza atau membahas aspek tertentu dari topik. Gunakan bukti, argumen, atau contoh konkret.
  • Kalimat Transisi:
    Gunakan kalimat transisi untuk membantu pembaca mengikuti alur pemikiran Anda. Ini membantu menghubungkan ide-ide Anda secara logis.
  • Kontrargumentasi (Opsional):
    Jika relevan, pertimbangkan menyertakan kontrargumentasi dan tanggapan terhadapnya untuk memperkuat kekuatan argumen Anda.
  • Kesimpulan yang Kuat:
    Sampaikan kesimpulan yang kuat yang merangkum poin-poin utama dan memberikan pandangan akhir atau pemikiran reflektif Anda terhadap topik.
  • Edit dan Perbaiki:
    Selalu lakukan penyuntingan dan perbaikan sebelum menyelesaikan esai. Pastikan esai Anda bebas dari kesalahan tata bahasa, dan pastikan ide-ide Anda disajikan dengan jelas.

Ingatlah bahwa baik kritik maupun esai memerlukan pemikiran yang mendalam, struktur yang baik, dan bahasa yang efektif. Jangan ragu untuk mengembangkan ide-ide Anda dengan jelas dan memperkuat argumen Anda dengan bukti konkret.

Baca Juga :  Kalimat Deklaratif : Pengertian, Fungsi, Tujuan, Ciri, Macam Dan Contohnya

Contoh Kritik dan Esai

Contoh Esai

Berikut adalah contoh esai menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 193) dilengkapi strukturnya di setiap sub judul.

Gerr (oleh Gunawan Muhamad)

Tesis

Di depan kita pentas yang berkecamuk. Juga satu suku kata yang meledak: ”Grrr”, ”Dor”, ”Blong”, ”Los”. Atau dua suku kata yang mengejutkan dan membingungkan: ”Aduh”, ”Anu”. Di depan kita: panggung Teater Mandiri.

Teater Mandiri pekan ini berumur 40 tahun—sebuah riwayat yang tak mudah, seperti hampir semua grup teater di Indonesia. Ia bagian dari sejarah Indonesia yang sebenarnya penting sebagai bagian dari cerita pembangunan ”bangun” dalam arti jiwa yang tak lelap tertidur. Putu Wijaya, pendiri dan tiang utama teater ini, melihat peran pembangunan ini sebagai ”teror”—dengan cara yang sederhana. Putu tak berseru, tak berpesan. Ia punya pendekatan tersendiri kepada kata.

Rangkaian Argumen

Pada Putu Wijaya, kata adalah benda. Kata adalah materi yang punya volume di sebuah ruang, sebuah kombinasi bunyi dan imaji, sesuatu yang fi sik yang menggebrak persepsi kita. Ia tak mengklaim satu makna. Ia tak berarti: tak punya isi kognitif atau tak punya manfaat yang besar.

Ini terutama hadir dalam teaternya—yang membuat Teater Mandiri akan dikenang sebagai contoh terbaik teater sebagai peristiwa, di mana sosok dan benda yang tak berarti dihadirkan. Mungkin sosok itu (umumnya tak bernama) si sakit yang tak jelas sakitnya. Mungkin benda itu sekaleng kecil balsem. Atau selimut—hal-hal yang dalam kisah-kisah besar dianggap sepele. Dalam teater Putu Wijaya, justru itu bisa jadi fokus.

Bagi saya, teater ini adalah ”teater miskin” dalam pengertian yang berbeda dengan rumusan Jerzy Grotowski. Bukan karena ia hanya bercerita tentang kalangan miskin. Putu Wijaya tak tertarik untuk berbicara tentang lapisanlapisan sosial. Teater Mandiri adalah ”teater miskin” karena ia, sebagaimana yang kemudian dijadikan semboyan kreatif Putu Wijaya, ”bertolak dari yang ada”.

Saya ingat bagaimana pada tahun 1971, Putu Wijaya memulainya. Ia bekerja sebagai salah satu redaktur majalah Tempo, yang berkantor di sebuah gedung tua bertingkat dua dengan lantai yang goyang di Jalan Senen Raya 83, Jakarta. Siang hari ia akan bertugas sebagai wartawan. Malam hari, ketika kantor sepi, ia akan menggunakan ruangan yang terbatas dan sudah aus itu untuk latihan teater. Dan ia akan mengajak siapa saja: seorang tukang kayu muda yang di waktu siang memperbaiki bangunan kantor, seorang gelandangan tua yang tiap malam istirahat di pojok jalan itu, seorang calon fotograf yang gagap. Ia tak menuntut mereka untuk berakting dan mengucapkan dialog yang cakap. Ia membuat mereka jadi bagian teater sebagai peristiwa, bukan hanya cerita.

Dari sini memang kemudian berkembang gaya Putu Wijaya: sebuah teater yang dibangun dari dialektik antara ”peristiwa” dan ”cerita”, antara kehadiran aktor dan orang-orang yang hanya bagian komposisi panggung, antara kata sebagai alat komunikasi dan kata sebagai benda tersendiri. Juga teater yang hidup dari tarik-menarik antara patos dan humor, antara suasana yang terbangun utuh dan disintegrasi yang segera mengubah keutuhan itu.

Orang memang bisa ragu, apa sebenarnya yang dibangun (dan dibangunkan) oleh teater Putu Wijaya. Keraguan ini bisa dimengerti. Indonesia didirikan dan diatur oleh sebuah lapisan elite yang berpandangan bahwa yang dibangun haruslah sebuah ”bangunan”, sebuah tata, bahkan tata yang permanen. Elite itu juga menganggap bahwa kebangunan adalah kebangkitan dari ketidaksadaran. Ketika Putu Wijaya memilih kata ”teror” dalam hubungan dengan karya kreatifnya, bagi saya ia menampik pandangan seperti itu. Pentasnya menunjukkan bahwa pada tiap tata selalu tersembunyi chaos, dan pada tiap ucapan yang transparan selalu tersembunyi ketidaksadaran.

Penegasan Ulang

Sartre pernah mengatakan, salah satu motif menciptakan seni adalah ”memperkenalkan tata di mana ia semula tak ada, memasangkan kesatuan pikiran dalam keragaman hal-ihwal”. Saya kira ia salah. Ia mungkin berpikir tentang keindahan dalam pengertian klasik, di mana tata amat penting. Bagi saya Teater Mandiri justru menunjukkan bahwa di sebuah negeri di mana tradisi dan antitradisi berbenturan (tapi juga sering berkelindan), bukan pengertian klasik itu yang berlaku.

Pernah pula Sartre mengatakan, seraya meremehkan puisi, bahwa ”kata adalah aksi”. Prosa, menurut Sartre, ”terlibat” dalam pembebasan manusia karena memakai kata sebagai alat mengomunikasikan ide, sedangkan puisi tidak. Namun, di sini pun Sartre salah. Ia tak melihat, prosa dan puisi bisa bertaut—dan itu bertaut dengan hidup dalam teater Putu Wijaya. Puisi dalam teater ini muncul ketika keharusan berkomunikasi dipatahkan. Sebagaimana dalam puisi, dalam sajak Chairil Anwar apalagi dalam sajak Sutardji Calzoum Bachri, yang hadir dalam pentas Teater Mandiri adalah imaji-imaji, bayangan dan bunyi, bukan pesan, apalagi khotbah. Hal ini penting, di zaman ketika komunikasi hanya dibangun oleh pesan verbal yang itu-itu saja, yang tak lagi akrab dengan diri, hanya hasil kesepakatan orang lain yang kian asing.

Sartre kemudian menyadari ia salah. Sejak 1960-an, ia mengakui bahwa bahasa bukan alat yang siap. Bahasa tak bisa mengungkapkan apa yang ada di bawah sadar, tak bisa mengartikulasikan hidup yang dijalani, le vecu. Ia tentu belum pernah menyaksikan pentas Teater Mandiri, tapi ia pasti melihat bahwa pelbagai ekspresi teater dan kesusastraan punya daya ”teror” ketika, seperti Teater Mandiri, menunjukkan hal-hal yang tak terkomunikasikan dalam hidup.

Sebab yang tak terkatakan juga bagian dari ”yang ada”. Dari sana kreativitas yang sejati bertolak.

Contoh Teks Kritik

Berikut adalah teks kritik sastra menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 196) dilengkapi struktur pada setiap sup judul.

Menimbang Ayat-Ayat Cinta

Tesis (Penyampaian pendapat)

Karya sastra yang baik juga bisa menggambarkan hubungan antarmanusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan. Ini karena dalam karya sastra seharusnya terdapat ajaran moral, sosial sekaligus ketepatan dalam pengungkapan karya sastra.

Begitu pula yang ingin disampaikan oleh Habiburrachman El Shirazy dalam novelnya yang berjudul Ayat-ayat Cinta. Novel yang kemudian menjadi fenomena tersendiri dalam perjalanan karya sastra Indonesia, terutama yang beraliran islami, karena penjualannya mampu mengalahkan buku-buku yang digandrungi, seperti Harry Potter ini mengusung tema cinta islami yang dihiasi dengan konfl ik-konfl ik yang disusun dengan apik oleh penulisnya.

Baca Juga :  Wacana: Pengertian, Jenis, Ciri, Contoh Dan Keutuhannya

Novel ini mengisahkan perjalanan cinta antara 2 anak manusia, Fahri sebagai pelajar Indonesia yang belajar di Mesir, dan Aisha, seorang gadis Turki. Meskipun mengusung tema cinta tidak lantas membuat novel ini membahas cinta erotis antara laki-laki dan wanita. Banyak cinta lain yang masih bisa digambarkan, seperti cinta pada sahabat, kekasih hidup, dan tentu saja pada cinta sejati, Allah Swt. Perjalanan cinta yang tidak biasa digambarkan oleh Habiburrachman.

Rangkaian Argumen

Nilai dan budaya Islam sangat kental dirasakan oleh pembaca pada setiap bagiannya. Bahkan, hampir di tiap paragraf kita akan menemukan pesan dan amanah. Ya, katakan saja paragraf yang sarat dengan amanah. Namun, dengan bentuk yang seperti itu tidak kemudian membuat novel ini menjadi membosankan untuk dibaca karena penulis tetap menggunakan kata-kata sederhana yang mudah dipahami dan tidak terkesan menggurui. Gaya penulis untuk mengungkapkan setiap pesan justru menyadarkan kita bahwa sedikit sekali yang baru kita ketahui tentang Islam.

Latar yang Dilukis Sempurna

Hal lain yang pantas untuk diunggulkan dalam novel ini adalah kemampuan Habiburrachman untuk melukiskan latar dari tiap peristiwa, baik itu tempat kejadian, waktu, maupun suasananya. Ia dapat begitu fasih untuk menggambarkan tiap lekuk bagian tempat yang ia jadikan latar dalam novel tersebut ditambah dengan gambaran suasana yang mendukung sehingga seakan-akan mengajak pembaca untuk berwisata dan menikmati suasana Mesir di Timur Tengah lewat karya tulisannya.

Bukan hal yang aneh kemudian ketika memang ’Kang Abik’, begitu penulis sering dipanggil, mampu untuk menggambarkan latar yang bisa dikatakan sempurna itu. Ia memang beberapa tahun hidup di Mesir karena tuntutan belajar. Akan tetapi, tidak menjadi mudah juga untuk mengungkapkan setiap tempat yang dijadikan latar. Bahkan oleh orang Mesir sendiri memang tidak memiliki sarana bahasa yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ingin ia sampaikan.

Alur cerita juga dirangkai dengan begitu baik. Meskipun banyak menggunakan alur maju, cerita berjalan tidak monoton. Banyak peristiwa yang tidak terduga menjadi kejutan. Konfl ik yang dibangun juga membuat novel ini layak menjadi novel kebangkitan bagi sastra islami setelah merebaknya novelnovel teenlit. Banyak kejutan, banyak inspirasi yang kemudian bisa hadir dalam benak pembaca. Bahkan bisa menjadi semacam media perenungan atas berbagai masalah kehidupan.

Karakter Tokoh yang Terlalu Sempurna

Satu hal yang ditemukan terlihat janggal dalam novel ini adalah karakter tokoh, yaitu Fahri yang digambarkan begitu sempurna dalam novel tersebut. Maksud penulis di sini, mungkin ia ingin menggambarkan sosok manusia yang benar-benar mencitrakan Islam dengan segala kebaikan dan kelembutan hatinya. Hal yang menjadi janggal jika sosok yang digambarkan begitu sempurna sehingga sulit atau bahkan tidak ditemukan kesalahan sedikit pun padanya.

Jika dibandingkan dengan karya sastra lama milik Tulis Sutan Sati, mungkin akan ditemukan kesamaan dengan karakter tokoh Midun dalam Roman Sengsara Membawa Nikmat yang berpasangan dengan Halimah sebagai tokoh wanitanya. Dalam roman tersebut, Midun juga digambarkan sebagai sosok pemuda yang sempurna dengan segala bentuk fi sik dan kebaikan hatinya. Hanya saja, di sini penggambarannya tidak menggunakan bahasa-bahasa yang langsung menunjukkan kesempurnaan tersebut sehingga tidak terlalu kentara. Ini di luar bahasa karya sastra lama yang cenderung suka melebih-lebihkan (hiperbola). Perbedaan yang lain adalah tidak banyak digunakannya istilahistilah islami dalam roman tersebut daripada novel Ayat-ayat Cinta.

Penegasan Ulang

Pembaca yang merasakan hal ini pasti akan bertanya-tanya, adakah sosok yang memang bisa sesempurna tokoh Fahri tersebut. Meskipun penggambaran karakter tokoh diserahkan sepenuhnya pada diri penulis, tetapi akan lebih baik jika karakter tokoh yang dimunculkan tetap memiliki keseimbangan. Dalam arti, jika tokoh yang dimunculkan memang berkarakter baik, maka paling tidak ada sisi lain yang dimunculkan. Akan tetapi, tentu saja dengan porsi yang lebih kecil atau bisa diminimalisasikan. Jangan sampai karakter ini dihilangkan karena pada kenyataannya tidak ada sosok yang sempurna, selain Rasulullah.

Kesimpulan

esimpulan dalam kritik dan esai memiliki peran yang sangat penting dalam merangkum, menguatkan, atau meresapi pesan utama dari tulisan tersebut. Meskipun keduanya dapat berbeda dalam fokus dan tujuan, tetapi kesimpulan tetap menjadi penutup yang kuat untuk menyampaikan kesan akhir kepada pembaca. Berikut adalah aspek penting kesimpulan dalam kritik dan esai:

Kesimpulan dalam Kritik:

  • Ringkasan Poin-Poin Utama: Kesimpulan kritik seharusnya merangkum poin-poin utama yang telah dianalisis sepanjang tulisan. Ini memberikan pemahaman singkat kepada pembaca tentang evaluasi keseluruhan terhadap karya yang dikritik.
  • Reiterasi Penilaian Keseluruhan: Kesimpulan dapat digunakan untuk merinci penilaian keseluruhan terhadap karya. Jelaskan dengan jelas apakah karya tersebut dianggap berhasil atau memiliki kekurangan tertentu.
  • Kesimpulan Kritis yang Kuat: Hindari kesan yang terlalu subyektif dan berikan argumen kritis yang mendukung kesimpulan Anda. Jelaskan mengapa karya tersebut mempengaruhi Anda dengan cara tertentu.

Kesimpulan dalam Esai:

  • Merangkum Poin-Poin Utama: Kesimpulan esai seharusnya merangkum poin-poin utama yang telah dijelaskan atau dibuktikan dalam tubuh esai. Ini memberikan gambaran keseluruhan tentang argumen atau analisis yang Anda sampaikan.
    Pernyataan Tesis yang Diperkuat: Kesimpulan dapat digunakan untuk memperkuat pernyataan tesis atau ide sentral esai. Sampaikan kembali tesis Anda dengan cara yang memperkaya pemahaman pembaca.
  • Pemikiran Reflektif atau Pandangan Akhir: Kesimpulan esai dapat mencakup pemikiran reflektif atau pandangan akhir Anda terhadap topik. Ini dapat memberikan dimensi tambahan dan menarik bagi pembaca.
    Tautan dengan Pengantar: Jika memungkinkan, tautkan kesimpulan Anda dengan pengantar esai. Ini menciptakan aliran dan memberikan kesan kesatuan terhadap tulisan Anda.

Penting untuk diingat bahwa kesimpulan dalam kritik dan esai seharusnya tidak hanya berfungsi sebagai penutup formal, tetapi juga memberikan dampak yang kuat pada pembaca. Kesimpulan yang baik dapat meninggalkan kesan yang mendalam dan memastikan bahwa pesan utama atau evaluasi Anda disampaikan dengan efektif.

Demikianlah pembahasan mengenai Kritik dan Esai semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya.