Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Posted on

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) – Dalam hal ini tujuan pembelajaran (Instructional Objective) merupakan perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan berbagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

Magner (1962) mendefinisikan tujuan  pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh  peserta didik sesuaikompetensi. Sedangkan  Dejnozka dan Kavel (1981) mendefinisikan tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spefisik  yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan  yangmenggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Lantas bagaimana Model Pembelajaran Kooperatif, agar lebih dapat memahaminya untuk itu simak pembahasan selengkapnya dibawah ini.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif ialah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama peserta didik dalam kegiatan belajar. Seperti yang dikemukakan Huda (2015, hlm. 32) pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar.

Melangkapi penjelasan diatas, menurut Rusman (2011, hlm. 202) pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Artinya kelompok belajar yang disusun haruslah beragam dan tidak pandang bulu. Sehingga sistem pengacakan dalam menentukan kelompok mungkin dibutuhkan. Intinya jangan biarkan siswa membentuk kelompoknya sendiri agar konsepsi heterogen dapat menerap.

Namun apakah pembelajaran kooperatif hanya berhenti dalam pengelompokan siswa saja? Bukankah hal seperti ini sudah biasa dilakukan? Untuk memastikannya berikut adalah beberapa pendapat para ahli lain mengenai cooperative learning.

Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli

Adapun Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Para Ahli diantaranya yaitu:

  • Warsono Dan Hariyanto
    Menurut Warsono dan Hariyanto (2014, hlm. 161) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan sejumlah kelompok kecil siswa bekerja sama dan belajar bersama dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
  • Roger, dkk
    Cooperative learning adalah aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya, setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri serta didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota kelompok yang lain (Roger, dkk dalam Huda, 2011, hlm. 29).
  • Syaifurahman Dan Ujiati
    Cooperative learning merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkolompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri (Syaifurahman & Ujiati, 2013, hlm. 75).
  • Parker
    Parker (dalam Huda, 2011, hlm. 29) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang membuat siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama. Siswa harus aktif dalam proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok agar pembelajaran kooperatif tercapai tujuannya, yakni siswa dapat belajar dengan senang dan kebutuhan pembelajaran dapat tercapai.
  • Hamdayama
    Menurut Hamdayama (2016, hlm. 145) pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Baca Juga :  Perusahaan Manufaktur: Pengertian, Karakteristik, Fungsi, Sistem, Proses Bisnis dan Contohnya

Prosedur Model Cooperative Learning

Agar mencapai tujuan yang diharapkan, terdapat unsur-unsur berupa sintak/sintaks atau langkah dan tahapan yang harus diikuti. Hamdayama (2016, hlm. 148-149) menyatakan setidaknya terdapat empat tahap wajib yang harus dilalui dalam pembelajaran kooperatif yakni sebagai berikut:

Penjelasan materi (Present information)

Tahap penjelasan diartikan sebgai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

Pada tahap ini, guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai, yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok. Pada tahap ini, guru menggunakan metode ceramah, curah pendapat, dan tanya jawab, bahkan kalau perlu guru juga dapat menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat lebih menarik siswa.

Belajar dalam kelompok (Organize students into learning teams)

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran. Selanjutnya, siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masingmasing yang telah dibentuk sebelumnya.

Penilaian (Test on material)

Penilaian dalam model pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok.

Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya, yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

Pengakuan Kelompok (Provide recognition)

Pengakuan kelompok adalah penetapan kelompok mana yang dianggap paling menonjol atau kelompok mana yang paling berprestasi, yang layak diberikan hadiah atau reward. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi kelompok untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi kelompok lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

Baca Juga :  Teknik Pointilis

Sintak Dan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2015) memaparkan sintak, langkah, atau penerapan model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.

Kelebihan Dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif telah terbukti menjadi salah satu model yang paling efektif. Namun dibalik kelebihannya, tentu terdapat berbagai kekurangan yang patut di waspadai. Berikut adalah kelebihan dan kelemahan cooperative learning menurut para ahli.

Kelebihan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa secara bersamaan. Selain itu, Sadker (dam Huda, 2011, hlm. 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif berikut ini.

  • Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.
  • Peserta didik yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
  • Melalui pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.
  • Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.

Kekurangan Cooperative Learning

Slavin (Huda, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya common pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

Free Rider

Free rider yang dimaksud adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya hanya akan mengekor pada apa saja yang telah dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya. Fenomena ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk mengerjakan lembar tugas, proyek, atau makalah tertentu.

Diffusion of Responsibility (pembauran tanggung jawab)

ini merupakan kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap “kurang mampu” cenderung diabaikan oleh rekan lainnya yang “lebih mampu”. Misalnya, jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak mampu menghafal atau memahami materi tersebut dengan baik sering kali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki skill IPA yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini berpotensi membuang waktu dan energi tanpa mendapatkan esensi dari pembelajaran kooperatif.

Baca Juga :  Pengertian Koordinasi: Jenis, Syarat, Tujuan, Manfaat, Ruang Lingkup, Prinsip Dan Dampaknya
Learning a Part of Task Specialization

Dalam beberapa model pembelajaran kooperatif tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada salah satu bagian materi saja. Sementara bagian yang dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Slavin (dalam Huda, 2011, hlm. 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala di atas dapat  diatasi jika guru mampu melakukan beberapa poin di bawah ini.

  • Mengenal sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya.
  • Selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok.
  • Mampu mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

Macam/Jenis Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki model-model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Setiap model memiliki karakteristik masing-masing yang lebih cocok untuk digunakan dalam pembelajaran atau situasi tertentu.

Pemilihan model pembelajaran tentu saja harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan materi yang kan disampaikan pula.

Menurut Huda (2015, hlm. 135-153) setidaknya terdapat empat belas teknik pembelajaran kooperatif, antara lain sebagai berikut:

  • Mencari Pasangan (Make a Match)
  • Bertukar Pasangan
  • Bepikir-Berpasangan-Berbagi (Think- Pair-Share)
  • Berkirim Salam dan Soal
  • Kepala Bernomor (Numbered Heads Together)
  • Kepala Bernomor Terstruktur (Structured Numbered Heads)
  • Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
  • Keliling Kelompok
  • Kancing Gemerincing
  • Keliling Kelas
  • Lingkaran Dalam-Lingkaran Luar (Inside-Outside Circle);
  • Tari Bambu (Bamboo Dancing)
  • Jigsaw
  • Bercerita Berpasangan (Paired Story Telling).

Sementara itu, Suprijono (2015, hlm. 108-121) mengemukakan bahwa beberapa metode pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

  • Jigsaw
  • Think-Pair-Share
  • Numbered Heads Together
  • Group Investigation
  • Two Stay Two Stray
  • Make a Match
  • Listening Team
  • Inside-Outside Circle
  • Bamboo Dancing
  • Point-Counter-Point
  • The Power of Two
  • Listening Team

Demikianlah pembahasan mengenai Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya.